1,397 research outputs found

    Liturgical Processions in the Black Death

    Get PDF
    The popularity of the flagellant movement in the German speaking lands during the Black Death is due to a number of factors. Flagellation may seem like a nonsensical reaction to despair from a modern perspective, but for medieval people, the itinerant processional penitent pilgrims represented more than a bloody, painful spectacle. Rather, it was a rational and emotion reaction to their troubles. The success of the flagellants lays, not in the grotesquerie of their performances, but instead in their ability to provide people with familiar, engaging ways to perform and observe penance while also departing from ecclesiastical norms that had failed to protect Christendom

    PEROLEHAN HAK ATAS TANAH BAGI PENANAMAN MODAL DI INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007

    Get PDF
    Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara perolehan hak atas tanah di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 dan bagaimana cara perolehan hak atas tanah bagi penanaman modal di Indonesia menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, yang dengan menggunakan metode penelitian hukum normative disimpulkan bahwa: 1. Perolehan hak atas tanah berdasarkan UUPA terdiri atas perolehan hak atas tanah melalui penetapan pemerintah, perolehan ha katas tanah melalui peralihan hak atas tanah dan perolehan hak atas tanah melalui pemberian hak. Hak atas tanah yang dapat diperoleh melalui penetapan pemerintah adalah hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai. Hak atas tanah yang diperoleh dapat melalui konversi adalah hak atas tanah yang dahulu tumbuh pada hukum barat dan hukum adat. Hak atas tanah yang dapat diperoleh melalui peralihan hak adalah hak milik, hak guna usaha dan hak guna bangunan atas tanah negara. Hak yang diperoleh melalui pemberian hak adalah hak tanggungan. 2. Perolehan hak atas tanah bagi penanaman modal menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 mendapatkan kemudahan pelayanan dan izin dari Pemerintah kepada perusahaan-perusahaan penanam modal untuk memperoleh tanah. Dan tanah yang diperoleh berupa hak guna usaha yang diberikan selama 95 (sembilan puluh lima) tahun, hak guna bangunan yang diberikan selama 80 (delapan puluh) tahun, dan hak pakai yang diberikan selama 70 (tujuh puluh) tahun. Kata kunci: penanaman modal, tanah, perolehan hak atas tana

    PENYELESAIAN SENGKETA INVESTASI ASING DALAM BIDANG PERTAMBANGAN MELALUI ARBITRASE INTERNASIONAL

    Get PDF
    Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penyelesaian sengketa investasi melalui lembaga arbitrase UNCITRAL dan bagaimana pelaksanaan putusan arbitrase internasional menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999. Dengan menggunakan metode penelitian normatif maka penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa: 1. United Nations Commission on International Trade Law (UNCITRAL) merupakan Lembaga yang dibentuk oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menangani Masalah Perdagangan Internasional dengan tujuan untuk mengharmonisasikan dan melakukan unifikasi hukum yang fokus ke perdagangan internasional, komisi ini membentuk UNCITRAL Arbitration Rules dimana Indonesia adalah peserta salah satu Negara yang menandatanganinya. Arbitrase Rules menginternasionalisasikan nilai-nilai dan tata cara arbitrase dalam menyelesaikan sengketa-sengketa antarnegara dalam transaksi perdagangan internasional. 2. Pelaksanaan Arbitrase Internasional untuk Penyelesaian Sengketa Investasi dan Perdagangan didasari pada UU No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa selanjutnya dengan UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999, Penyelesaian Sengketa harus mendahulukan unsur penyelesaian melalui mekanisme di luar pengadilan secara urut. Kata kunci:  Sengketa, Investasi, Arbitrase Internasiona

    STUDI PENATALAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTERMI DI RUANG RAWAT INAP BLUD RSD LIUN KENDAGE TAHUNA

    Get PDF
    Tindakan mandiri merupakan rangkaian tindakan yang dapat dilakukan oleh perawat dalam mengatasi masalah pasiendan berdasarkan aspek legal etis mendapatkan perlindungan berdasarkan perundang-undangan. Dalam mengatasi masalahHipertermia banyak tindakan mandiri perawat yang dapat dilakukan, Namun fenomena dilapangan saat ini perawatcenderung mengabaikan tindakan dimaksud, mereka justru hanya mengandalkan tindakan kolaboratif, perawat merasatidak percaya diri dengan ilmunya sehingga merasa tindakan mandiri keperawatan seolah-olah tidak dapat menyelesaikanmasalah pasien. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni deskriptif dengan pendekatan serial kasus yangbertujuan untuk mengetahui gambaran penatalaksanan keperawatan pada pasien hipertermi di BLUD RSD Liun KendageTahuna. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien dengan keluhan hipertermi yang dirawat di RuanganAnggrek, Boegenvile, Crisant, Dahlia, dan Edelweis BLUD RSD Liun Kendage Tahuna sedangkan teknik pengambilansampel menggunakan total sampling yakni seluruh pasien yang dirawat dengan masalah keperawatan hipertermi sejaktanggal 12 s/d 26 mei 2017 sebanyak 30 responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa penatalaksanaan tindakankeperawatan pada pasien hipertermi diruang rawat inap BLUD RSD Liun Kendage tidak dilakukan dengan sempurna(97%). Saran penulis kiraanya perawat dapat meningkatkan kemampuan hard maupun soft skill dalam proses keperawatanserta dapat meningkatkan pemberian tindakan mandiri terutama pada pasien dengan hipertermi

    PENGARUH KARBONISASI TERHADAP KARAKTERISTIK TEMPURUNG KELAPA BERDASARKAN UJI PROKSIMAT DAN NILAI KALOR

    Get PDF
    Saat ini pemanfaatan biomassa seperti tempurung kelapa dijadikan biobriket sebagai energi alternatif. Sehingga mendorong peneliti untuk melakukan analisis terhadap karakteristik tempurung kelapa dan arang tempurung kelapa agar memenuhi persyaratan teknis yaitu SNI 01-6235-2000 dan PERMEN ESDM NO.47 Tahun 2006 untuk dijadikan bahan bakar padat biobriket. Metodologi penelitian dilakukan dengan tiga tahap yaitu proses preparasi, karbonisasi dan pengujian laboratorium. Proses preparasi dilakukan pada tempurung kelapa murni sedangkan proses karbonisasi dilakukan pembakaran tempurung kelapa dengan sedikit kontak udara hingga menjadi arang. Selanjutnya pengujian laboratorium meliputi analisis proksimat dan nilai kalor pada tempurung kelapa dan arang tempurung kelapa. Hasil pengujian laboratorium menunjukkan bahwa karakteristik tempurung kelapa pada beberapa parameter seperti kadar air dan volatile matter masih tinggi sehingga mempengaruhi rendahnya kandungan karbon dan nilai kalor yaitu 2114.22 cal/gr. Sebaliknya, karakteristik arang tempurung kelapa pada parameter seperti kadar air dan volatile matter persentasenya menurun dan kandungan karbon dan nilai kalor meningkat menjadi 3716.32 cal/gr. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tempurung kelapa belum memenuhi persyaratan teknis sedangkan setelah dilakukan modifikasi dengan proses karbonisasi menjadi arang tempurung kelapa kadar air, kadar abu dan kadar zat terbang menurun mempengaruhi persentase kadar karbon dan nilai kalor yang meningkat

    Teknologi Pirolisis Pembuatan Asap Cair dari Sekam Padi

    Get PDF
    The production and use of liquid smoke from rice husks among the farming community in Belitang sub-district is still very limited and not many people even know about liquid smoke and its benefits. During the rice husk is made of charcoal and used for mixing the soil as an additional nutrient to the soil. Seeing these conditions, the aim of carrying out community service activities is to increase public knowledge of the potential of rice husk in the form of liquid smoke which can be used as an organic pesticide. The activity method is carried out in several steps, namely socialization, the process of making and assembling tools and the practice of making smoke by the community on a small scale. Designed pyrolysator equipment portable consisting of combustion chamber tubes, smoke cooling chamber tubes and smoke flow pipes which are used to produce liquid smoke. The rice husk burning process was carried out using a pyrolysis scheme within 6 hours and produced 90 ml of black liquid smoke with little oil content. This indicates that the liquid smoke produced is of low quality. The result of this Community Service Program (PPM) activity is that the community understands and understands the use of liquid smoke and the process of making liquid smoke

    Hubungan antara Pengetahuan Perawat dengan Pelaksanaan Perawatan Ulkus Diabetik di RSUD Liunkendage Tahuna

    Get PDF
    Salah satu penyakit degeratif yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia ialah diabetes mellitus. Menurut survey World Health Organisation (WHO), Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita diabetes melitus dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk Indonesia yakni sebanyak 5,6 juta untuk usia diatas 20 tahun, dan diprediksikan akan meningkat menjadi 8,2 juta pada tahun 2020 (Supari, 2005). Salah satu komplikasi dari diabetes melitus ialah ulkus diabetik. Penyembuhan luka yang lambat dan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi, cenderung terjadi sehingga ulkus diabetik dapat berkembang, dan terdapat resiko tinggi perlu dilakukannya amputasi tungkai bawah. Hal tersebut merupakan masalah bagi keperawatan yang sangat komplekspenatalaksanaannya.Penderita diabetes mempunyai resiko 15% terjadinya ulkus diabetik pada masa hidupnya dan resiko terjadinya kekambuhan dalam 5 tahun sebesar 70%.Beberapa penelitian di Indonesia melaporkan bahwa angka kematian yang diakibatkan oleh ulkus diabetik berkisar 17%-32%, sedangkan angka laju amputasi berkisar antara 15%-30%. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pengetahuan perawat tentang perawatan ulkus diabetikum dengan pelaksanaan perawatan ulkus diabetikum di RSUD Liunkendage Tahuna. Metode yang digunakan dalam penilitian ini ialah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh perawat yang ada di ruang Bougenville, Crysant, dan Edelweis, sedangkanteknik pengambilan sampel ialah total sampling sebanyak 30 orang. Penelitian berlangsung mulai tanggal 01 November – 30 November 2015. Pengolahan data menggunakan SPSS 17 dengan menggunakan uji Fisher. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 18 orang (60%) responden memiliki pengetahuan baik dan 12 orang (40%) responden memiliki pengetahuan kurang, sedangkan hanya 5 orang (16.7%) yang melakukanperawatan ulkus diabetik dengan sempurna dan 25 orang (83.3%) melakukan perawatan ulkus diabetik dengan tidak sempurna. Dari hasil uji Fisher didapatkan nilai p = 0.364, artinya bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pelaksanaan perawatan ulkus diabetik. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pengetahuan responden berada pada kategori baik (60%) dan sebagian besar responden melakukan perawatan ulkus diabetik dengan tidak sempurna (83.3%), serta tidah ada hubungan signifikan antara pengetahuan responden dengan pelaksanaan perawatan ulkus diabetik. Disarankan kepada pihak RS agar dapat menyusun standar prosedur baku khusus perawatan ulkus diabetik serta perlunya pelatihan perawatan ulkus diabetik bagi perawat

    On Torsion-Free Crawley Groups

    Get PDF
    The notion of a Crawley p-group is well known in Abelian group theory. In this present work, a corresponding concept is introduced for torsion-free groups. The principal result, which uses the set-theoretic notions of the diamond and Martin’s axiom, establishes an independence result for N1-free Crawley groups

    Homonim dalam Bahasa Atinggola

    Get PDF
    Homonim terbagi menjadi dua macam yaitu homonim yang homofon dan homonim yang homograf. Adapun homofon yaitu kata yang sama lafalnya dengan kata yang lain namun ejaan dan maknanya berbeda. Homograf yaitu kata yang sama ejaannya dengan kata lain tetapi beda lafalnya dan maknanya. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu, 1) bagaimanakah bentuk kata homonim yang homofon dalam bahasa Atinggola; 2) bagaimanakah bentuk kata homonim yang homograf dalam bahasa Atinggola; 3) bagaimanakah makna leksikal dan makna gramatikal homonim yang homofondalambahasaAtinggola; 4) bagaimanakah makna leksikal dan makna gramatikal homonim yang homograf dalam bahasa Atinggola. Tujuan penelitian ini yaitu, mendeskripsikan bentuk kata homonim yang homofondalambahasaAtinggola, mendeskripsikanbentuk kata homonim yang homograf dalam bahasa Atinggola, mendeskripsikanmaknaleksikal dam maknagramatikalhomonim yang homofon dan mendeskripsikan makna leksikal dangramatikal homonim yang homograf dalam bahasa Atinggola. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Data penelitian bagian dari homonim yang terdiri atas homofon dan homograf. Sumber data dalam penelitian ini dijaring dari informan penutur asli bahasa Atinggola melaluipercakapan. Data dalampenelitianinimerupakanbentuk kata dan makna leksikal gramatikal dari bahasa Atinggola. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik cakap, teknik simak dan teknik catat. Adapun analisis data yang dilakukan dengan cara mentranskip data ke dalam bentuk tulisan, menerjemahkan, mengidentifikasi, mengklasifikasi , menganalisis, mendeskripsi, menyimpulkan dan menyusun laporan hasil penelitiandalambahasaAtinggola.Hasil penelitian menunjukan bahwabentuk kata homofon dalam bahasa Atinggola terbagi atas tiga yaitu bentuk kata kerja, bentuk kata benda dan bentuk kata sifat. Bentuk kata Homofon berjumlah 11 kata. Sedangkan bentuk kata homograf dalam bahasa Atinggola terbagi menjadi empat bentuk kata yaitu bentuk kata kerja, bentuk kata benda, bentuk kata sifat, dan bentuk kata hubung. Bentuk kata homograf bejumlah 47 kata. Pembahasan homofon dan homograf dalam bahasa Atinggola diuraikan dengan pebentukan makna, ada beberapa jenis makna tetapi dalam penelitian ini difokuskan pada makna leksikal dan gramatikal dalam kalimat. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa homonim yang terbagi atas homofon dan homograf terdapat dalam bahasa Atinggola

    Kualitas Kimia Dan Organoleptik Burger Ikan Tuna Yang Disubtitusi Dengan Tepung Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia)

    Get PDF
    The purpose of this research is to know the effect of addition of noni flour as substitution of tapioca flour to protein content, moisture content, and ash content and organoleptic nature of tuna burger. This study used Completely Randomized Design (RAL) and Randomized Block Design (RAK). The experimental treatment were: B1 (0% noni flour + 15% tapioca flour), B2 (2.5% noni flour + 12.5% tapioca flour), B3 (5% noni flour + 10% tapioca flour), B4 7.5% noni flour + 7.5% tapioca flour). To know the effect of treatment, then the analysis of variance and if the treatment has real effect continued with BNT advanced test. Based on the result of the research, it can be concluded that the addition of noni flour as substitution of tapioca flour to 7.5% can increase the protein tuna burger protein by 14.87%, moisture content 71.07% and ash content 2.07%, and aroma, taste, color, and texture are relatively the same on all treatment
    • …
    corecore